Komunikasi dengan orang yang menolak swab

Sesi Belajar Komunikasi Tatap Muka untuk Cegah COVID-19 bersama rekan-rekan Puskesmas di Jakarta Utara dan CISDI lebih banyak membahas kasus-kasus ketimbang teori. Salah satu yang dibahas adalah mengajak anggota keluarga dari orang yang terkonfirmasi COVID-19 untuk tes swab. Khususnya bila mereka merasa sehat-sehat saja.

Sejumlah rekan nakes mengalami kesulitan mengajak warga untuk tes swab. Mereka bertanya,

“Bagaimana komunikasi yang efektif agar warga mau di-swab?”

Saya menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan.

“Apa masalah komunikasinya?”

Supaya tidak Jaka Sembung Bawa Golok (alias tidak nyambung, Mpok), kita mesti paham apa yang membuat warga tidak mau diswab. Sebelum mengetahui ini, sulit menentukan isi pesan ataupun cara komunikasi.

Saya coba membuat hipotesis. “Apakah karena takut atau khawatir?”; “Apa yang dikhawatirkan?”

Kita harus belajar mendengarkan untuk memahami kekhawatiran warga. Jangan buru-buru menyampaikan pesan yang belum tentu nyambung.

Semisal, warga khawatir kalau hasil swab positif mereka harus isolasi di tempat yang ditentukan pemerintah daerah. Jangan berhenti di situ, tapi pahami lebih dalam. Apa yang dikhawatirkan?

Semisal, mereka khawatir tempatnya tidak nyaman. Seperti penjara. Maka, kita bisa cerita kondisi di hotel atau wisma untuk isolasi orang tanpa gejala. Tunjukkan foto-foto kamar. Atau makanan yang disediakan. Kegiatan orang-orang tanpa gejala yang sedang berolah raga, main hape dan lain-lain. Tunjukkan bukti bahwa isolasi tidak seseram yang dibayangkan kok.

Bagaimana bila kekhawatiran didasarkan pada masalah keuangan. Kalau positif dan harus isolasi, bagaimana menghidupi keluarga?

Kalau beneran masalahnya adalah keterbatasan ekonomi, maka solusinya adalah bantuan ekonomi. Kalau tidak ada bansos, coba ajak warga lain untuk membantu. Tidak bisa kita keukeuh mendesak orang untuk swab dan mengabaikan masalah ekonomi yang dia akan hadapi kalau diisolasi.

Jangan kaya Jaka Sembung bawa golok; kita mesti ngobrol dulu, Mpok. Dengarkan. Pahami masalahnya. Baru kemudian sampaikan pesan.

Tinggalkan komentar