Tadi pagi seorang kawan cerita tentang ketakutan sekelompok warga yang berlebihan. Mereka menutup akses jalan tetangga desa karena ada satu RT yang 18 orang warganya terpapar dari klaster pasar ikan.
Sehari sebelumnya, kawan-kawan dari daerah lain bercerita bagaimana warga sangat takut dikucilkan atau diusir kalau terkena corona. Janganpun mengedukasi warga tentang corona, hanya sekedar menyebut istilah corona saja warga marah.
“Tidak ada itu corona di sini. Kenapa sebut-sebut itu. Kalau kamu sebut, berarti kamu yang bawa kemari!”
Bukan hanya istilah, hal-hal yang berkenaan dengan virus corona juga ditolak.
Seorang relawan cerita dia dipaksa memindahkan sarana cuci tangan pakai sabun karena desakan warga yang takut kampungnya dicap kena corona.
Saking takut orang juga bisa bertindak diskriminatif dan di luar akal sehat.
Rasa takut sebetulnya dijadikan bahan bakar untuk perubahan perilaku. Dengan catatan, komunikasinya terkendali.
Rasa takut akan terkena penyakit, sengsaranya terkena penyakit, mudahnya seseorang terkena penyakit atau ketakutan lainnya sebetulnya dapat memicu seseorang melakukan perilaku-perilaku tertentu. Dengan catatan, perilaku yang disarankan dipandang orang banyak mampu dilakukan dan dianggap efektif. Kalau dianggap sulit dilakukan, orang akan mencari tindakan lain atau di ekstrim lain, bersikap pasrah.
Kalau tindakan yang ditawarkan dianggap tidak efektif, karena tidak ada bukti efektivitasnya atau tidak percaya sumber yang menyarankannya, maka orang pun akan melakukan tindakan dari sumber lain.
Sehingga, agar ketakutan bisa menjadi sumber motivasi perilaku pecegahan penyakit, rumusan pesannya adalah:
hal-hal yang menakutkan dari virus corona + mudahnya menangkal yaitu dengan jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan pakai sabun.
“Korona mudah menular, tapi mudah ditangkal. Cuma dengan 3M saja.”
Agar yakin, orang harus tahu bagaimana 3M dengan mudah bisa menangkal virus corona. Untuk ini, tunjukkan cara-cara penularan (termasuk konsep OTG) dan cara-cara pencegahan yang logis atau berhubungan.
Kalau orang takut akan penularan virus corona dari orang sakit (termasuk OTG), maka orang akan selalu jaga jarak dan pakai masker. Bukan hanya dengan warga desa lain tapi dengan sesama warga desa sendiri pun dilakukan. Kasus-kasus yang diceritakan kawan-kawan tadi mungkin karena orang terlalu takut tapi pesan-pesan tentang cara pencegahan yang mudah tidak sampai atau tidak meyakinkan. Atau bisa juga, cara-cara pencegahan yang ditawarkan kurang dipercaya sebagai cara yang efektif. Nah kalau begini, orang-orang mungkin belum punya pemahaman yang benar tentang cara-cara penularan.
