“Untuk apa pakai masker lagi, kan corona sudah selesai, itu kemarin sudah joget-joget tak pakai masker.”
Tanggapan warga semacam itu bukan hanya ada di media massa. Sejumlah relawan, meski tidak banyak, melaporkan sikap warga yang demikian.
Antisipasi rasanya perlu. Apalagi hari-hari terakhir “serangan dari atas” semakin gencar akibat perhelatan pilkada. Paslon diantar beramai-ramai pendukungnya ke KPU. Mana ada jaga jarak. Sebagian malah tidak bermasker.
Melihat itu, warga bisa memanfaatkannya sebagai alasan tidak patuh protokol. Baik alasan sungguhan atau hanya cari alasan. Bagaimana relawan edukator harus bersikap?
Pertama, syukuri warga menyatakan sikap secara terbuka. Jangan bingung atau patah semangat. Justru kalau warga tidak menyampaikannya, kita tidak tahu apa teknik komunikasi yang pas.
Kedua, berempati bahkan bersimpatilah. Saat warga mengatakan, “Jujur sakit hati beta lihat video itu, selama ini dong (mereka) suruh kita harus begini begitu sampai katong (kita) susah cari uang, tapi dong sendiri bikin kayak begitu.”
Benarkan bahkan sampaikan perasaan yang sama. “Iya, mama, beta juga sakit hati betul lihat mereka itu. Beta tiap hari ajak-ajak orang pakai masker eh mereka ternyata begitu! Malu beta jadinya. Patah semangat.”
Ketiga, buat diferensiasi. Gambarkan mereka berbeda dengan kita (Anda dan warga).
“Mereka bisa begitu karena mereka ga khawatir dengan corona. Uangnya banyak. Mau tes, detik ini juga bisa. Kalau positif, ga usah mikir. Tinggal baringan. Kalau kita-kita yang kena, duh, mau masuk rumah sakit saja repot. Di mana-mana penuh. Antri. Sambil sesak nafas, lemes, masih antri. Mau swasta? Ratusan juta biayanya! Orang kaya beta mana ada uang segitu.”
Keempat, masukkan pesan. Setelah habis “mengatai-ngatai” mereka, barulah pesan kunci bisa disampaikan.
“Maka itu, jangan sampai kita kena corona deh. Jangan ikuti mereka itu. Bakal sengsara kita. Kita pakai masker, jaga jarak dan sering cuci tangan pakai sabun.”
Teknik diferensiasi memang berisiko menjelekkan reputasi mereka yang di atas. Apa boleh buat, demi menyadarkan warga, mereka harus digambarkan berbeda dengan warga dan yang paling penting, dijelek-jelekin. Tapi ya sudah risikonya merekalah. Siapa suruh main-main dengan corona.
Tanggapan warga didapat dari:
https://nasional.kompas.com/…/kecewa-pedagang-pasar…
