Belajar Bersama dalam Keramaian

Beberapa tenaga kesehatan pernah mengungkap pesimisme menjalankan sesi belajar bersama di Posyandu.

“Posyandu itu ramai banget. Anak-anak pada nangis, rewel. Sebagian ibu-ibu ngobrol. Saya sudah minta tenang tapi ga bisa. Sulit buat sesi belajar bersama di Posyandu. Apalagi berharap perubahan perilaku,” ungkap salah satu nakes.

Kalau Posyandu itu ribut alias ramai, memang betul (setidaknya, untuk Posyandu yang ramai dikunjungi). Tetapi bukan berarti tidak bisa buat sesi belajar.

Ini perkara strategi belajar. Kalau model belajarnya ala-ala kelas, hanya untuk memperkaya istilah ataupun model partisipatif dengan intensitas diskusi atau dialog kental, ya memang susah. Ibu-ibu sulit fokus mengikuti percakapan.

Dalam situasi ribut dan ramai, yang sulit ditenangkan, manfaatkan saja keributan atau keramaian itu. Dari pada menghabiskan tenaga untuk berusaha menghentikan keramaian, buat saja keramaian yang lebih ramai.

Sesi belajar ala edutainment (education – entertainment) boleh dicoba. Contoh skenarionya adalah sbb.

1. Di awal, secara singkat komunikator boleh berteriak mencari perhatian. Lalu segera ajak ibu-ibu bermain, menari atau bernyanyi (non-lesson game). Ajak mereka tertawa terpingkal-pingkal dan tersenyum lebar.

2. Beri secuil pengantar lalu jangan kasih kendor, langsung ajak mereka bermain sambil belajar (lesson game yang sambil bernyanyi, menari, bergerak bersama atau yang lainnya). Biarkan mereka menikmati permainan.

3. Komunikator berteriak bertanya dan menekankan poin-poin pembelajaran. Tidak usah berlama-lama, langsung lemparkan pertanyaan tidak lengkap (untuk dilengkapi ibu-ibu). Jadi, ibu-ibu, supaya anak kita tidak jatuh sakit anak harus di-i….? Ibu mau anaknya sakit? Kalau sakit yang aneh-aneh, anak kita bisa ca…? Kasihan ga? Uang kita juga bisa ha…?

4. Tutup dengan lagu berisi pesan pengingat dan tepuk tangan bersama.

Ikutan ramai dalam keramaian tapi ibu-ibu belajar dan bergembira. 15-20 menit, beres. Singkat saja.

Tinggalkan komentar