๐—ฃ๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฟ ๐˜€๐—ฎ๐—ท๐—ฎ ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—ฐ๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—ฝ

โ€œMereka sudah saya bilangin, pakai masker yang bener. Tapi tetep aja. Emang bandel!โ€

Menyampaikan perilaku-perilaku pencegahan yang benar pada orang lain mungkin hal yang baik. Tapi belum cukup.

Belum cukup karena komunikasi, khususnya komunikasi perubahan perilaku tidak hanya menyampaikan hal yang benar. Kalau hanya menyampaikan hal-hal yang benar, apalagi benar dalam pandangan kita saja, jatuhnya jadi komunikasi yang otoriter. Top down. Satu arah. Menempatkan orang sebagai pihak yang tidak tahu dan kitanya adalah pihak yang tahu. Padahal belum tentu orang tidak tahu.

Sejumlah relawan FPRB (Forum Penurunan Risiko Bencana) Jabar yang mengikuti Sesi Belajar Bersama Komunikasi Perubahan Perilaku, sesi yang didukung UNICEF, mendapat penugasan lapangan dan melaporkan kebanyakan orang sudah tahu apa itu COVID-19 dan apa saja perilaku pencegahannya.

Tapi pengetahuan yang ada di kepala tidak diterjemahkan menjadi perilaku. Seorang penjual lele yang diamati tidak pakai masker dan berinteraksi dalam jarak dekat dengan pembeli, dengan lancar menjelaskan, โ€œPakai masker, cuci tangan pakai sabun, makan bervitamin. Katanya.โ€ (diujung setiap penjelasan si teteh selalu ada kata katanya).

Tone di masyarakat mulai berubah. Seorang relawan menyimpulkan dua bulan lalu (April 2020) virus corona itu dipandang menakutkan tapi sekarang berubah menyebalkan.

Dalam kondisi seperti ini, menyampaikan perilaku yang benar saja justru bisa mendatangkan reaksi berisiko. Saat memberi penugasan bagi relawan di Papua, seorang partisipan dengan nada cemas menceritakan.

โ€œBeberapa waktu lalu orang-orang dinas mendatangi pasar dengan halo-halo. Bilang harus pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Orang-orang pasar marah. Dikejar itu orang-orang dinas. Mau dipukul pakai kayu!โ€

Menyampaikan yang benar saja tidak cukup.

Komunikasi itu menyampaikan pesan yang benar dan memotivasi. Jangan dipisahkan. Silahkan, pesan yang benar diambil dari science atau para ahli. Tapi agar memotivasi, kita harus membuka diri, belajar pada dan memahami warga. Komunikasi adalah dialog. Saling.

Pakem ini bukan cuma ada dalam buku teks komunikasi. Yang Membuat Manusia juga mengajarkan demikian.

Al ashr.

Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Tinggalkan komentar