“Saya sudah menyuruhnya minum obat sampai habis tapi ternyata tidak dilakukan. Komitmennya rendah.”
Nakes mengeluh kliennya tidak berkomitmen pada pesan yang dia sampaikan. Sebetulnya hal yang wajar karena tidak mudah meminta orang berkomitmen pada apa yang disampaikan orang lain. Yang lebih mudah adalah berkomitmen atas apa yang dia sampaikan sendiri.
Ini adalah langkah awal mengunci komitmen dalam komunikasi perubahan perilaku: pesan kunci disampaikan oleh orangnya sendiri.
“Bagamana ini nak supaya nilai pelajaran matematikmu sebagus penjas (pendidikan jasmani)?”
“Hmm. Harus belajar tiap hari ya, Bu.”
“Tiap hari?”
“Iya, Bu, ya? Tiap hari 1 jam. Sebentar tapi konsisten.”
“Bisa?”
“Bisa, Bu!”
Agar orangnya menyampaikan sendiri pesan kunci atau solusinya, tugas komunikator adalah bertanya.
Atau bisa juga dengan menyampaikan pernyataan yang tidak lengkap untuk kemudian dilengkapi yang bersangkutan.
“Supaya sembuh sediakala, ibu harus minum obat sampai….?”
“Sampai habis. Tuntas, Dok!”
Cara lain membuat orang menyampaikan pesan-pesan kunci adalah dengan bernyanyi bersama. Nyanyi lagu yang mengandung pesan-pesan kunci.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah semacam ijab kabul. Satu orang menyampaikan penawaran, satunya menanggapi. Atau bisa juga janji yang dibacakan satu pihak, kemudian diikuti pihak lain.
Di jaman baheula (sebelum pandemi), untuk urusan cuci tangan, nakes bisa mengajak jabat tangan lalu menyampaikan pernyataan yang diikuti ibu balita.
Saya berjanji
Cuci tangan pakai sabun 2x
Sebelum menyuapai anak, sebelum masak, setelah BAB
Agar anak terhindar dari diare
Sah?