Orang awam mengandalkan bahasa yang berbeda dengan para ahli. Yang satu mengandalkan bahasa sehari-hari. Satunya lagi terbiasa menggunakan bahasa komunitas khusus, yang butuh latihan bertahun-tahun agar dapat memahaminya.
Agar keduanya dapat saling memahami, perlu bahasa yang sama. Di sinilah, para ahli perlu merumuskan kembali bahasanya.
Bayangkan bila seorang ahli menjelaskan kerja vaksin kepada seorang ibu:
Vaksin merangsang sistem kekebalan dalam tubuh orang tersebut untuk melawan antigen, sehingga apabila antigen tesebut menginfeksi kembali, reaksi imunitas yang lebih kuat akan timbul.
Apakah bisa dipahami?
Sebagian kita mungkin berpikir konsep-konsep abtrak perlu diturunkan agar orang mudah memahaminya. Ada istilah sistem, antigen, reaksi imunitas dll. Mungkin perlu didefinisikan?
Kalau pun didefinisikan belum tentu menjamin awam mudah memahami. Karena persoalannya bukan hanya memahami istilah atau konsep, tapi juga mengaitkan satu sama lain.
Nah, dalam persoalan seperti inilah bahasa bergaya theatre of mind bisa membantu. Berikut adalah contoh untuk menjelaskan paragraf tentang antigen-reaksi imunitas di atas.
Dalam tubuh anak ada pendekar-pendekar tanah air yang menjaga kesehatan anak dari serangan para penjajah (kuman) yang ingin merusak atau menguasai tubuh anak. Kalau penjajah masuk ke tubuh anak, para pendekar langsung menghadang dan terjadilah pertempuran.
Kalau jurus pendekar tanah air lebih ampuh, binasalah para penjajah.
Tapi kalau pendekar tanah air belum tahu jurus para penjajah, pendekar-pendekar tanah air bisa pontang panting. Bahkan, bisa kalah. Kalah kalah, jadilah anak kita sakit.
Karena itu, para pendekar tanah air harus dikenalkan terlebih dahulu dengan jurus-jurus para penjajah. Kita harus melatih para pendekar agar mampu mengalahkan para penjajah. Untuk itulah, butuh imunisasi, yang menyediakan lawan berlatih para pendekar tanah air.
Waktu di-imunisasi, tubuh dimasukkan sekelompok penjajah yang lemah, yang kecil-kecil. Gerakan para penjajah yang lemah itu lambat dan tidak berbahaya. Jadi mudah bagi para pendekar membinasakan mereka.
Sambil bertempur, para pendekar jadi kenal jurus penjajah yang lemah-lemah itu. Jadi tahu bagaimana cara mengalahkannya.
Maka, nanti saat ada kelompok penjajah lain masuk ke tubuh anak, mereka mudah ditumpas. Jurusnya kan sudah diketahui.
Nah, itu gaya theatre of mind. Bisa dibayangkan. Lebih mudah dipahami. Bisa dirasakan juga. Jauh lebih panjang tapi yang penting, lebih cepat dipahami.
