Ada kawan berbagi strategi komunikasi agar warga nantinya mau divaksin. Dibeberkan detail berbagai media dan saluran komunikasi.
“Bagaimana dengan pesan-pesan?”
“Pesannya vaksin itu aman, efektif dan halal.”
“Iya, tapi bagaimana meyakinkan orang bahwa vaksin itu aman, efektif dan halal?”
Tidak ada penjelasan detail dalam dokumen strateginya.
Padahal pesan itu seperti peluru. Dan media atau saluran komunikasi adalah pistolnya. Dua-duanya jelas harus ada. Peluru tanpa pistol jelas tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi pistol tanpa peluru juga tidak berarti.
Strategi pesan adalah komponen wajib sebuah strategi komunikasi. Merumuskannya harus hati-hati. Didukung bukti lapangan. Diuji sebelum dilempar ke publik.
Bagaimana menjelaskan vaksin itu aman bagi publik? Apakah dengan memaparkan tahapan pengembangan yang melewati 3 tahapan uji klinis? Ujinya dilakukan lembaga kredibel, kampus, yang tidak memiliki motif ekonomi? Atau pengawasan uji klinis yang ketat oleh para ahli? Ribuan orang telah mendapatkannya dan tidak ada efek simpang berarti? Efek simpang yang terbilang ringan dengan obat yang mudah didapat? Atau testimoni peserta uji klinis yang public figure? Atau apa?
Pilihannya banyak.
“Ya, kita bisa gunakan semua itu.”
Namanya bukan strategi kalau semua pilihan diambil. Strategi itu memilih yang paling efektif karena sumber daya terbatas. Lagi pula, yang namanya peluru harus tajam. Kebanyakan pesan membuat peluru jadi tumpul.
Untuk memilih pesan yang pas kita perlu tahu apa yang tengah dipikirkan publik. Apa yang dikhawatirkan? Apa yang dipermasalahkan?
Lalu, dipre-test. Apakah draft pesan dapat dipahami, diiterima dan dipercaya?
Jadinya nanti bukan: pesannya adalah vaksin itu aman, efektif, dan halal. Tapi,
Menyampaikan vaksin itu aman dengan memaparkan……memperlihatkan….
Menunjukkan vaksin itu efektif dengan menyampaikan……memperlihatkan…..
Dan seterusnya.
Ini baru satu aspek dari pesan, yaitu technical content. Ada bagian lain yang juga sama pentingnya, yaitu sumber motivasi. Semisal, agar bisa bekerja dengan nyaman tanpa khawatir tertular atau membawa virus ke rumah (bagi profesi yang banyak berinteraksi dengan orang. Mungkin). Atau, agar pasar ramai kembali dengan pengunjung (bagi mereka yang di pasar. Mungkin).
Pesan itu peluru. Merumuskannya perlu usaha agar mendapatkan yang pas. Tidak boleh ngarang bebas.