Acapkali kita mengajak orang hanya dengan alasan yang menurut kita benar atau secara ilmiah benar.
“Ibu, bapak, pakai masker ya karena masker bisa mengurangi penyebaran virus corona. Masker melindungi orang lain dan diri sendiri dari penularan virus corona”
Itu baru satu aspek.
Disamping benar, pesan yang disampaikan pun perlu memotivasi. Dan yang memotivasi tidak selalu berasal dari pengetahuan terbaru tapi bisa juga dari lubuk hati yang dalam.
Ibu Sri Rezeki Guntari, seorang relawan dalam pelatihan IPC Cegah COVID-19 area DKI menceritakan pengalamannya ketika mengajak teman-teman di majelis taqlim-nya menggunakan masker.
Berkali-kali dia mencoba mengajak rekan-rekannya untuk pakai masker. Beragam pesan tentang bahaya virus corona sudah disampaikan. Tapi belum berhasil. Sampai kemudian dia menggunakan teknik lain.
Dia pegang mic. Tapi tidak langsug nyerocos. Dipandangi rekan-rekannya.
Rekan-rekannya yang sedang sibuk bungkus-bungkus makanan akhir bisik-bisik karena melihat gelagat Ibu Sri yang berbeda. Lalu memperhatikan.
Setelah itu:
“Ibu-ibu, saya ngajak karena ibu-ibu pakai masker karena saya mencintai ibu-ibu. Saya ga mau menularkan virus ke ibu-ibu dan juga tidak mau ketularan virus dari ibu-ibu.”
Teman-temannya tergerak. Mereka kemudian memakai masker saat menghadiri taqlim.
Komunikasi yang dilakukan Ibu Sri penuh emosi, komunikasi dengan cinta.
Dalam realita, pesan cinta juga tidak selalu berhasil. Pernah lihat orang tua yang marah-marah pada anak sambil mengatakan, “Ibu tuh marah karena sayaaaang kamu!”? Dicubit pula anaknya.
Atau ahli yang mengajak dengan kata-kata cinta tapi kemudian tenggelam oleh pesan-pesan teknis yang bejibun, kompleks, dan ruwet?
Coba ingat-ingat. Sebenarnya komunikasi pesan cinta itu seperti waktu nembak atau ngajak kawin pasangan kita saat ini. Pertama, komunikasi nonverbal eprlu kental mewarnai. Kedua, kesederhanaan.
1. Kuatkan dengan komunikasi nonverbal. Sampaikan Anda sayang/cinta/ nya’ah sama orang-orang. Setelah itu, coba diam. Beri jeda. Pandangi. Sampaikan dengan mata dan raut wajah. Mengangguk. Nonverbal yang tidak sesuai akan terbaca dan malah lebih mudah ditangkap. Misalnya, Anda bilang mencintai orang-orang tapi mata melihat HP. Atau Anda bilang cinta tapi wajah datar tidak peduli.
2. Simpel saja. Hindari yang kompleks. Sampaikan apa yang Anda harapkan: orang-orang pakai masker. Sampaikan hal-hal yang tidak ingin Anda harapkan pada orang-orang. Disederhanakan saja. Tidak perlu dikerubuti dengan statistik, pejelasan ilmiah terbaru atau logika yang sulit-sulit. Jelaskan saja secara sederhana.
Seperti yang ditunjukkan bu Sri, hanya dua itu saja sebetulnya yang menjadi pokok. Mudah tapi memang harus berasal dari dalam hati. Kalau sekedar penugasan, ya agak sulit
* Pelatihan IPC Cegah COVID-19 area DKI ini adalah kolaborasi antara WVI dan UNICEF.