Lompat ke konten (Tekan Enter)

Selamat datang di lapangankecil.org

ruang belajar teknik komunikasi

  • Tentang kami
  • Hubungi
  • Layanan

Komunikasi Vaksin: Persuading others to avoid persuasion

oleh Risang Rimbatmajadiperbarui pada 16 Desember 202016 Desember 2020

Pagi-pagi sejumlah rekan di beragam WAG mem-post informasi berbeda tentang vaksin. Ada artikel berita, jurnal, dan video. Pertanyaannya sama, “Benar ga sih?”

Waduh, beberapa minggu terakhir ini serangan hoaks atau misinformasi tentang Vaksin COVID-19 mulai gencar. Saya bertanya-tanya, kemana ini inoculative communication?

Sederhananya, seperti judul artikel ini, inoculative communication adalah persuading others to avoid persuasion. Judul ini saya jiplak dari judul artikel Josh Compton dkk (2016), yang konsep dan teorinya pun saya pinjam untuk artikel ini.

Sederhananya, inoculative communication itu mirip inoculation (= vaksinasi). Vaksinasi, khususnya metode yang akan digunakan untuk COVID-19, adalah memasukkan virus yang dilemahkan sehingga imunitas (para pendekar tanah air) dapat mengenal dan mengalahkannya. Sehingga, ketika ada virus corona betulan yang masuk ke tubuh, maka para pedekar kesehatan tubuh sudah hafal jurus-jurusnya dan mampu mengalahkannya.

Inoculative communication juga sama, yaitu mengenalkan warga dengan serangan informasi hoaks yang bisa merubah sikap mereka dan menyajikan argumen yang melemahkan informasi itu. Sehingga, bila nanti informasi hoaks datang, warga sudah ngeh “Ah, ini kan yang dulu diwanti-wanti. Dan itu kelihatan ga masuk akalnya informasi itu!”

Wal hasil, warga jadi terlindungi dari serangan-serangan hoaks yang bisa menyesatkan.

Ada dua komponen dalam inoculative communication, yaitu threat (ancaman) dan refutational preemption. Threat itu mengenalkan pada seseorang bahwa posisi atau sikapnya rentan berubah.

“Ibu sekarang sudah paham dan yakin akan manfaat vaksin COVID-19 untuk melindungi diri dan keluarga. Tetapi sebentar lagi nih, ada pihak yang coba mengganggu keyakinan dan bahkan menyesatkan supaya ibu tidak mau divaksin sehingga membahayakan keselamatan ibu dan keluarga.  Dikatakan bahwa vaksin COVID-19 merubah gen ibu dan membuat ibu lebih lemah terhadap virus. Yang menyebarkan informasi itu memanfaatkan media sosial yang kemudian disebarluaskan kembali oleh kawan-kawan atau keluarga sendiri melalui WAG. Sikap orang bisa berubah karenanya.”

Sementara, refutational preemption maksudnya adalah lebih dulu menunjukkan kepalsuan/ kelemahan suatu informasi sebelum informasi itu datang beneran. “Katanya vaksin COVID-19 bisa merubaha gen kita secara permanen yang mengakibatkan kekebalan tubuh kita hancur dan tidak mampu melawan COVID-19. Informasi itu jelas menyesatkan. Vaksin COVID-19 yang kita gunakan itu adalah virus yang dilemahkan agar bisa dipelajari dan dihafal jurusnya oleh pendekar tanah air penjaga kesehatan tubuh. Virus lemah yang masuk itu akhirnya justru dibunuh. Lagi pula, mana ada virus bisa merubah gen kita. Kita sering kemasukan virus flu, apa iya susunan gen kita berubah, jadi lebih lemah terhadap flu?”  (Maaf, ini argumen orang komunikasi ya).

Kabar baiknya, tidak seperti vaksinasi betulan yang membutuhkan vaksin spesifik untuk penyakit tertentu, menurut riset, vaksin komunikasi bisa menjadi sapu jagad atau satu pesan untuk melindungi dari beragam hoaks. Ya, orang kan jadi lebih sadar bakal ada hoaks atau informasi menyesatkan sehingga dia lebih hati-hati dan bahkan mudah menolak hal yang belum jelas.

Jadi, mana nih vaksin komunikasi untuk tangkal hoaks? Mesti nyebar duluan sebelum Vaksin COVID-19 datang.

Komunikasi Lawan COVID-19 Strategi Komunikasi
COVID19 inoculative communication komunikasi vaksin
0

Risang Rimbatmaja

Fasilitator & praktisi komunikasi perubahan perilaku. Geluti dunia komunikasi sejak SMA, jadi reporter lalu dewan redaksi majalah sekolah. Sehabis itu, kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi kemudian Sosiologi FISIP UI Depok. Belajar banyak dari warga, teman, dan senior fasilitator. Sampai sekarang. Pernah mencicipi kerja di sejumlah negara yang mengesankan: Republic of Kiribati, Fiji, Tanzania, Tonga, Samoa, Sudan, Timor Leste, dan Irlandia.

risangrimbatmaja@gmail.com | fb. risang.rimbatmaja | WA 081219439738

Navigasi Artikel

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel baru

  • Kekuatan komunikasi lemah lembut 19 Januari 2021
  • Siapa bilang ga boleh edukasi dengan marah-marah? 5 Januari 2021
  • Fasilitator itu bu bidan 4 Januari 2021

Kalender

Desember 2020
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Nov   Jan »

Kategori

  • Buka pagar (6)
  • Edutainment (3)
  • Komunikasi di kantor (7)
  • Komunikasi Kesehatan (2)
  • Komunikasi Lawan COVID-19 (40)
  • Komunikasi layanan kesehatan (2)
  • Komunikasi relawan (18)
  • Kunci komitmen (1)
  • Mendengarkan (9)
  • Nonverbal (1)
  • Sikap mental (3)
  • Strategi Komunikasi (15)
  • Teknik Fasilitasi Kelompok (8)
  • Theatre of Mind (2)

Arsip

  • Januari 2021 (3)
  • Desember 2020 (10)
  • November 2020 (17)
  • Oktober 2020 (41)
  • Mei 2020 (1)

Data Pengunjung

Mari-mari, tinggalkan komentar!

  • Khairunnas hilmi pada Eksperimen Hidden Suggestion Dengan Odong-Odong
  • Khairunnas hilmi pada Takut covid tapi tak pakai masker
  • Risang Rimbatmaja pada Memanfaatkan percayanya orang pada hoaks
  • Khairunnas hilmi pada Memanfaatkan percayanya orang pada hoaks
  • ANANDA pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Risang Rimbatmaja pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Gabriella Titania pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Risang Rimbatmaja pada Pesan komunikasi itu seperti apa ya?
  • indra pada Pesan komunikasi itu seperti apa ya?

Kegiatan Lapangan Kecil

28-29 Desember 2020
Pelathan Strategi Komunikasi TB Berkesinambungan (PR TB Aisyiyah)

23 Desember 2020
Webinar Pesan dan Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 (IAI – Ikatan Apoteker Indonesia)

19 Desember 2020
Workshop Komunikasi Risiko Vaksinasi COVID-19 (Komite Akreditasi FKTP – Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama)

14 Desember 2020
Narasumber reviu Panduan bagi Kader untuk Menanggulangi Stunting (Dit Gizi – Kemenkes)

8 – 10 Desember 2020
Pelatihan Komunikasi dalam SS PMBA Aceh Jaya (UNICEF Aceh)

Senin, 7 Desember 2020
Pelatihan IPC Perubahan Perilaku bagi Kader di Langsa, Aceh (UNICEF Aceh)

24 November – 4 Desember 2020
Webinar Persiapan Vaksinasi COVID 19 (9 Angkatan) (Dikklat PPSDM Kemenkes RI)

Sabtu, 14 November 2020
Pelatihan IPC Imunisasi Jayapura (UNICEF Papua)

Senin, 9 November 2020
Pelatihan Komunikasi untuk Nakes di Palembang (IDI Palembang)

Kamis, 5 November 2020
Pelatihan Komunikasi Tim Nakes Jakarta (CISDI)

Disarankan untuk Anda...

𝗞𝗼𝗺𝘂𝗻𝗶𝗸𝗮𝘀𝗶 𝗖𝗢𝗩𝗜𝗗-𝟭𝟵: 𝗧𝗲𝗸𝗻𝗶𝗸 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗮𝗽𝗮 𝗦𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁

oleh Risang Rimbatmaja
Disarankan untuk Anda...

Pesan komunikasi itu seperti apa ya?

oleh Risang Rimbatmaja
Disarankan untuk Anda...

Pesan itu peluru, mesti pas dan tajam

oleh Risang Rimbatmaja

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Hak Cipta2021 Selamat datang di lapangankecil.org. Hak Cipta Dilindungi.The Ultralight | Dikembangkan Oleh Rara Theme.Ditenagai oleh WordPress.