Lompat ke konten (Tekan Enter)

Selamat datang di lapangankecil.org

ruang belajar teknik komunikasi

  • Tentang kami
  • Hubungi
  • Layanan

Pesan komunikasi itu seperti apa ya?

oleh Risang Rimbatmajadiperbarui pada 15 November 202028 Oktober 2020

“Di rumah aja”
“Jaga jarak lebih dari 1-2 meter dengan siapapun”
“Pakai masker”
“Cuci tangan pakai sabun selama minimal 20 detik”
“Jangan usap wajah”…..


Di atas adalah pesan-pesan yang sering kita dapatkan dari media sosial atau pun media massa konvensional, seperti TV. Pesan-pesan itu juga kita sampaikan ke orang di rumah.

Apakah pesan-pesan di atas merupakan pesan komunikasi?

Bila pesan-pesan itu berdiri sendiri alias cuma begitu saja, maka belum bisa dikatakan sebagai pesan komunikasi atau yang kadang disebut sebagai pesan kunci.

Agar disebut sebagai pesan kunci, perlu bergabung dua komponen, yaitu bagian pertama: pesan teknis dan bagian kedua: pesan sumber motivasi.

Pesan teknis berkenaan dengan perilaku yang diharapkan (di rumah saja, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun dll.). Sumber motivasi berbicara tentang pesan yang mempengaruhi perubahan perilaku.

Semisal, Cuci tangan pakai sabun atuh kasep (bagian kedua: self image. Kasep = ganteng)
Jaga jarak 2 meter kalau ga mau mati sesak napas (bagian kedua: perceived risk)

Ada kawan yang menanggapi, “Ah, saya sih ga usah pakai sumber-sumber motivasi. Ke anak, saya tinggal bilang, sana cuci tangan pakai sabun dulu. Adik, mandi. Cukup, kok.”

Minta cuci tangannya bagaimana? Pakai mata mendelik?

Kalau iya, sebetulnya Anda sudah menggunakan bagian kedua (ronanya seperti perceived risk: “Kalau ga cuci tangan pakai sabun, awas lho!”).

Jadi bagian kedua, pesan sumber motivasi, tidak selalu harus eksplisit. Bisa implisit dan indirect. Yang penting ditangkap oleh khalayak.

Bagaimana kalau tidak pakai mendelik, melotot, alias datar saja. Cuci tangan pakai sabun. Jaga Jarak. Di rumah saja.

He he he emang kita robot? Tinggal masukkan skrip lalu bergerak seperti yang dikehendaki.

Intinya kedua bagian itu harus ada dalam sebuah pesan. Pertanyaan sekarang menjadi, apa pesan sumber motivasi yang pas? Manfaat? Manfaat apa yang perlu diangkat? Pentingnya suatu perilaku (nilai)? Perasaan tertentu? Kekhawatiran? Rasa tidak enak? Jijik? Atau angkat citra diri saja? Dukungan sosial (rame-rame mendukung perilaku)? Atau apa?

Nah, di sini pentingnya sedikit-sedikit menguasai teori. Wawasan teoritis dapat membantu kita mengidentifikasi “tombol yang pas” untuk perubahan perilaku. Kita bahas di tulisan berikutnya ya.

Strategi Komunikasi
COVID19 komunikasi relawan strategi
2

Risang Rimbatmaja

Fasilitator & praktisi komunikasi perubahan perilaku. Geluti dunia komunikasi sejak SMA, jadi reporter lalu dewan redaksi majalah sekolah. Sehabis itu, kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi kemudian Sosiologi FISIP UI Depok. Belajar banyak dari warga, teman, dan senior fasilitator. Sampai sekarang. Pernah mencicipi kerja di sejumlah negara yang mengesankan: Republic of Kiribati, Fiji, Tanzania, Tonga, Samoa, Sudan, Timor Leste, dan Irlandia.

risangrimbatmaja@gmail.com | fb. risang.rimbatmaja | WA 081219439738

Navigasi Artikel

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel baru

  • Kekuatan komunikasi lemah lembut 19 Januari 2021
  • Siapa bilang ga boleh edukasi dengan marah-marah? 5 Januari 2021
  • Fasilitator itu bu bidan 4 Januari 2021

Kalender

Oktober 2020
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  
« Mei   Nov »

Kategori

  • Buka pagar (6)
  • Edutainment (3)
  • Komunikasi di kantor (7)
  • Komunikasi Kesehatan (2)
  • Komunikasi Lawan COVID-19 (40)
  • Komunikasi layanan kesehatan (2)
  • Komunikasi relawan (18)
  • Kunci komitmen (1)
  • Mendengarkan (9)
  • Nonverbal (1)
  • Sikap mental (3)
  • Strategi Komunikasi (15)
  • Teknik Fasilitasi Kelompok (8)
  • Theatre of Mind (2)

Arsip

  • Januari 2021 (3)
  • Desember 2020 (10)
  • November 2020 (17)
  • Oktober 2020 (41)
  • Mei 2020 (1)

Data Pengunjung

Mari-mari, tinggalkan komentar!

  • Khairunnas hilmi pada Kekuatan komunikasi lemah lembut
  • Khairunnas hilmi pada Eksperimen Hidden Suggestion Dengan Odong-Odong
  • Khairunnas hilmi pada Takut covid tapi tak pakai masker
  • Risang Rimbatmaja pada Memanfaatkan percayanya orang pada hoaks
  • Khairunnas hilmi pada Memanfaatkan percayanya orang pada hoaks
  • ANANDA pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Risang Rimbatmaja pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Gabriella Titania pada Pelatihan Interpersonal Communication for Behavior Change
  • Risang Rimbatmaja pada Pesan komunikasi itu seperti apa ya?
  • indra pada Pesan komunikasi itu seperti apa ya?

Kegiatan Lapangan Kecil

28-29 Desember 2020
Pelathan Strategi Komunikasi TB Berkesinambungan (PR TB Aisyiyah)

23 Desember 2020
Webinar Pesan dan Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 (IAI – Ikatan Apoteker Indonesia)

19 Desember 2020
Workshop Komunikasi Risiko Vaksinasi COVID-19 (Komite Akreditasi FKTP – Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama)

14 Desember 2020
Narasumber reviu Panduan bagi Kader untuk Menanggulangi Stunting (Dit Gizi – Kemenkes)

8 – 10 Desember 2020
Pelatihan Komunikasi dalam SS PMBA Aceh Jaya (UNICEF Aceh)

Senin, 7 Desember 2020
Pelatihan IPC Perubahan Perilaku bagi Kader di Langsa, Aceh (UNICEF Aceh)

24 November – 4 Desember 2020
Webinar Persiapan Vaksinasi COVID 19 (9 Angkatan) (Dikklat PPSDM Kemenkes RI)

Sabtu, 14 November 2020
Pelatihan IPC Imunisasi Jayapura (UNICEF Papua)

Senin, 9 November 2020
Pelatihan Komunikasi untuk Nakes di Palembang (IDI Palembang)

Kamis, 5 November 2020
Pelatihan Komunikasi Tim Nakes Jakarta (CISDI)

Disarankan untuk Anda...

Memanfaatkan percayanya orang pada hoaks

oleh Risang Rimbatmaja
Disarankan untuk Anda...

Terimakasih untuk cerita pengalaman COVID-19

oleh Risang Rimbatmaja
Disarankan untuk Anda...

Main bola lawan corona

oleh Risang Rimbatmaja

2 Komentars

  1. indra
    30 Oktober 2020 pukul 6:05 AM
    Balas

    Penasaran dengan teori-teorinya.. supaya bisa tekan “tombol yang pas”, karena di lapangan banyak sekali model manusianya. Terimakasih telah berbagi ilmunya.

    1. Risang Rimbatmaja
      31 Oktober 2020 pukul 11:36 PM
      Balas

      betul2…di lapangan memang banyak model manusianya. tinggal kita sensitif saja, dengan mendengarkan dan baca komunikasi nonverbal, kira2 yang pas yang mana. nanti saya cicil2 di situs teori2nya. terimakasih menyampaika komentar kak/bang Indra…pertamax ini…

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Hak Cipta2021 Selamat datang di lapangankecil.org. Hak Cipta Dilindungi.The Ultralight | Dikembangkan Oleh Rara Theme.Ditenagai oleh WordPress.